Berisi tentang banda, alat perdagangan, bisnis, pekrjaan,tip dan trik, informasi, telekomunikasi, komputer,spare part, mobil, motor, tanaman, kesehatan, pergaulan, wisata, kuliner, aspek kehidupan sosial budaya dan lain lain, serta segala tentang kehidupan dan akhirat. selama bumi ini masih berputar dan hukum agama dan negara ini masih berdiri maka bebaslah ber ekspresi.

Kamis, 27 Mei 2010

CHICA Q´ROLLO MAYO 2009 - ROSITA ORELLANA

Download:
FLVMP43GP

TUMBUHAN LAUT PENGGEMPUR PENYAKIT

SPIRULINA PACIFICA merupakan yang terbaik di dunia.
merupakan tumbuhan air laut mikroalga (Cynobacteria) berbrntuk spiral, bersek satu yang ada sejak 3,5 Milyard tahun lalu dan di konsumsi olah suku Aztec kuno di Mexico sjak 5 abad yang lalu.


Manfaat :
Meningkatkan daya tahan tubuh = Phycocianin, klorofil dan polysacarida yang membantu mengaktifkan aktifitas unsur-unsur anti bodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit, shg tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat.
  • Super food = mengadung lebih dari 60% protein nabati, Vitamin B komplek, Vitamin A dan E, Asam lemak esensial, mineral dan pigman alami.

  • Menyehatkan darah = mengandung klorofil, Vitamin B12, asam folat dan zat besi yang di perlukan dalm pembentukan sel darah merah. sehingga akan mencegah terjadinya anemia(kurang darah)

  • Antioksidan alami dan Anti kanker = Polusi,stress, sinar matahari, bahan bahan kimia dll merupakan sumber radikal bebas dan itu semua bisa menyebabkan kerusakanberbagai fungsi organ. Bisa di cegah dng mengkinsumsi SPIRULINA karna mengandung Antioksidan Selium, Vitamin E, Enzym SOD dan anti kanker alami.

  • Detoksifikasi = dapat mengeluarkan toksin (racun) dalam tubuh yang berasal dari bahan bahan pengawet makanan, obat obatan, bahan bahan kimia yang menumpuk di dalam darah. dan dapat menghilangkan bau tidak sedap dari dalm tubuh,

  • Memperbaikin sistem pencernaan = memiliki Protein Efficiency Ratio yang sangat tinggi sehingga cepat di serap oleh tubuh.

LEGENDA JAKARTA

bioskop manggarai 1898-2008

Pasar Baru 1898-2008


Jl Hayam Wuruk 1949-2008

Jl mh Tamrin 1965-2008

Tugu pancoran 1970-2008


ASAL MUASAL NAMA JAKARTA
Kapal-kapal tongkang berdiri kokoh. Berderet dari ujung ke ujung Pelabuhan Sunda Kelapa. Di salah satu kapal besar yang terbuat dari kayu, sejumlah awak tidak mengenakan baju. Mereka mondar-mandir memeriksa tali-tali di atas kapal.

Setelah cukup lama meneliti tali-tali, masuk kembali ke ruang kemudi. Di sana mereka mengobrol.

Di ujung sana beberapa perahu kecil merapat ke dermaga. Nelayan yang memegang kemudi memutar pelan badan perahu agar berhenti secara tepat. Lalu yang satu lagi melempar jangkar.

Itulah salah satu aktivitas para nelayan di Pelabuhan Sunda Kelapa di Desember 2009. Tahukah anda, pelabuhan ini menyimpan banyak sekali cerita bersejarah.

Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta.

Masa kejayaan itu tepatnya ketika Kerajaan Hindu Pajajaran. Pada perkembangannya, pada zaman itu orang-orang Portugis datang dari Malaka sebagai utusan Gubernur Malaka. Setelah berhasil mengadakan perjanjian dengan penguasa Sunda Kelapa bahwa mereka diizinkan untuk mendirikan benteng di dekat Muara Sungai Ciliwung, para utusan kembali ke Malaka.

Pada 1527 orang-orang Portugis itu kembali dengan membawa sebuah armada kecil tanpa mengetahui sebelumnya bahwa Sunda Kelapa telah jatuh ke tangan Fatahillah. Maka ketika mereka tiba di sana terjadilah pertempuran di sekitar Teluk Jakarta yang akhirnya dimenangkan oleh Fatahillah.

Atas sukacita kemenangannya, Fatahillah memberi nama baru Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya “kemenangan sempurna”. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, yang selanjutnya dijadikan sebagai hari jadi kota Jakarta.

Belanda datang pertama kali ke Jayakarta tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Setelah mendirikan VOC pada tahun 1602, Belanda semakin kuat kedudukannya. Tahun 1619 oleh Jan Peterszoon Coen, Jayakarta diratakan dengan tanah dan kemudian dibangun kota baru yang diberi nama Batavia.

Kota ini selanjutnya meluas melampaui batas awalnya dan menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia. Setelah Batavia jatuh ke tangan Pendudukan Jepang pada tahun 1942, namanya berubah menjadi Jakarta.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Jakarta ditetapkan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 1950 menjadi kotapraja di bawah pimpinan walikota.

Pada tahun 1964 statusnya dinaikkan setingkat propinsi dan disebut Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) di bawah pimpinan Gubernur. Seiring bergulirnya reformasi dan diberlakukannya otonomi daerah, pada tahun 1999 Jakarta dikukuhkan menjadi provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Secara administratif, Jakarta yang berpenduduk lebih dari sembilan juta jiwa ini dibagi menjadi lima wilayah kotamadya dengan masing-masing wilayah dipimpin oleh walikota serta Kabupaten Kepulauan Seribu yang dikepalai oleh seorang Bupati.



Legenda Kampung Gedong
Trah Van Riemsdjik di Groeneveld

VIVAnews - Kondisi bangunan itu tampak sangat memprihatinkan. Selain hanya berupa puing reruntuhan, di dalam reruntuhan yang sudah tidak beratap ini kini dipenuhi puluhan pohon pisang dan tanaman merambat lainnya.

Lumut pun telah menutupi sebagian besar dinding bata reruntuhan setinggi tujuh meter tersebut. Letaknya yang diapit bangunan asrama berlantai tiga membuat reruntuhan bangunan ini semakin tidak "terlihat".

Kondisinya semakin diperparah dengan keberadaan tempat sampah besar serta kandang ayam yang terletak di halaman reruntuhan.

Sejak terjadi kebakaran besar yang menimpa bangunan ini pada tahun 1985, kondisi bangunan yang terletak dalam area Asrama Polri di jalan Gedong persis tusuk sate Jalan Condet Raya, kampung Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini memang sangat memprihatinkan. Padahal, dari reruntuhan bangunan ini nama kampung Gedong bermula.

Mulanya, kawasan yang berada di dekat perempatan pasar Rebo, Jakarta Timur ini bernama Tanjung Timur. Tapi karena keberadaan bangunan inilah, masyarakat Betawi dahulu lebih akrab menyebut kawasan ini dengan nama Kampung Gedong.

"Jadi sejak tahun 1800an, warga Batavia lebih mengenal Tanjung Timur dengan nama kampung gedong. Sebab ada satu bangunan besar(gedung, red) milik tuan tanah yang berdiri di tengah-tengah tanah pertanian dan perkebunan milik tuan tanah Belanda yang mendominasi wilayah ini" ujar sesepuh kampung Gedong, Wak Djejeh, 70 tahun kepada VIVAnews, pekan lalu.

Meski hanya bangunan tingkat dua, namun karena letaknya yang berada di dataran tinggi membuat bangunan tersebut tampak dari kejauhan seperti gedung megah yang tinggi.

Ditambah kondisi kawasan sekitar yang masih rimbun ditumbuhi berbagai pepohonan, membuat keberadaan bangunan tinggi satu-satunya tersebut menonjol di wilayah tersebut.

Sebelum terbakar, Wak Djejeh menuturkan bahwa bangunan ini merupakan gedung yang sangat megah. Bangunan bergaya Eropa klasik yang memiliki luas 100 meter ini diapit oleh dua menara besar tiga lantai. Lantai dasar menara digunakan sebagai penjara bawah tanah untuk pemberontak.


Bangunan utama berlantai dua memiliki empat ruang kamar besar di tiap lantainya. Hingga tahun 1980an, halaman sekitar gedung masih dipenuhi pohon besar seperti pohon Asem dan Gandaria.

Di halaman depan gedung, terdapat meja batu yang biasa dipergunakan sebagai tempat menanam kepala kerbau untuk keperluan sesajen pada masa itu.

Sejarah mencatat, kawasan kampung Gedong awalnya bernama tanah partikelir Tanjoeng Oost (Tanjung Timur). Pemilik kawasan pertama adalah tuan tanah bernama Pieter van de Velde asal Amersfoort, Belanda.

Di situlah pada tahun 1750 ia membangun villa yang digunakan sebagai tempat perisitirahatan (Landhuis).

Memang keberadaannya yang jauh dari pusat kota Batavia, membuat kawasan Tanjung Timur(sekarang kampung Gedong) dan sekitarnya menjadi tempat favorit untuk membangun gedung peristirahatan serta mengelola tanah pertanian.

Gedung ini kemudian diberi nama Goeneveld, yang berarti lapangan hijau. Nama ini disesuaikan dengan pemandangan sekelilingnya yang masih hijau. Pada masa itu, awalnya belum ada perkampunan pribumi.

Wilayah ini hanya berupa lahan kosong yang ditumbuhi beragam pohon besar. Kawasan Tanjung Timur dan gedung ini tahun demi tahun mengalami pergantian kepemilikan.

Tapi Tanjung Timur mengalami perkembangan yang sangat pesat saat dikelola oleh Daniel Cornelius Helvetius, yang berusaha menggalakkan pertanian dan peternakan.

Usahanya pun dilanjutkan oleh menantunya, Tjalling Ament, asal Kota Dokkum, Belanda Utara yang menikah dengan putri Daniel Cornelius, Dina Cornelia.

Ament melanjutkan usaha mertuanya dengan meningkatkan usaha pertanian dan peternakan. Pada pertengahan abad ke-19, di kawasan TanjungTimur dipelihara lebih dari 6000 ekor sapi.

Produksi susunya sangat terkenal di Batavia. Sampai tahun 1942 Groeneveld dihuni keturunan Van Riemsdjik. Kawasan ini Tanjung Timur pun lambat laun mulai dihuni oleh sejumlah pribumi.

Pasca kemerdekaan, bangunan ini berubah fungsi menjadi asrama dari pegawai hotel hingga asrama polisi. "Petugas polisi lalu lintas mulai menempati bangunan ini pada tahun 1963" ujar Wak Djejeh yang mengaku pernah menghuni bangunan ini.

Seiring pesatnya pembangunan, kawasan ini lambat laun mulai dipadati oleh perumahan warga.

Saat kebakaran yang terjadi pada tahun 1985, gedung ini sedang digunakan sebagai asrama polisi. Usai peristiwa kebakaran, kepemilikan gedung inipun diambil alih oleh Pemda. Sedangkan area sekitar gedung, dibangun asrama polisi.

"Walau sudah diambil alih oleh Pemda, tapi tidak pernah ada perawatan dari Pemda" ujar Djejeh.

Saat ini kampung Gedong telah menjadi kelurahan dalam Kecamatan Pasar Rebo. Sebelah utara kampung Gedong berbatasan dengan kelurahan Tengah, Kramat Jati. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai Ciliwung Tanjung Barat.

Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Rambutan, Ciracas dan sebelah selatan berbatasan dengan Cijantung. Karena lokasinya yang strategis, membuat kawasan ini dipadati gedung-gedung perkantoran sehingga warga asli banyak yang telah pindah tempat tinggal di selatan Jakarta.

"Warga asli sini udah banyak yang pindah entah kemana" ujar Wak Djejeh.


Legenda Jatinegara
Pelarian Pangeran Jayakarta di Hutan Jati
Semula, Jatinegara adalah yang banyak ditumbuhi pohon jati.

Setiap hari, hiruk pikuk pembeli dan lalu lalang kendaraan mewarnai jalan raya Jatinegara yang berada di timur Jakarta ini. Aktivitas perdaganganpun membuat Jatinegara yang akrab disebut Mester ini terlihat lebih hidup.

Ini tidak terlepas dari sejarah Jatinegara yang sejak zaman Belanda memang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Batavia. Tetapi banyak yang tidak tahu bahwa daerah ini sebelumnya merupakan tempat pelarian pangeran Jayakarta setelah kota Jayakarta direbut oleh tentara Belanda.

Awalnya, Jatinegara merupakan hutan belukar yang banyak ditumbuhi pohon jati. Di tempat inilah Pangeran Jayakarta melarikan diri dari kota Jayakarta pada tanggal 30 Mei 1619 setelah dikalahkan oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen.

Lalu Pangeran Jayakarta membuka hutan untuk dijadikan sebagai tempat pemerintahan dalam pengasingan dengan dibantu pengikutnya yang tersisa. Pada saat itu, daerah ini memang belum menjadi bagian dari kota Jayakarta.

Mengenai penggunaan nama Jatinegara di wilayah ini terdapat perbedaan pendapat. Satu pendapat mengatakan bahwa nama Jatinegara diberikan oleh Pangeran Jayakarta saat mengungsi di daerah ini.

Nama JHatinegara berarti negara yang sejati. Dengan nama ini, Pangeran jayakarta berusaha membuktikan bahwa pemerintahannya masih berjalan walaupun kota Jayakarta telah direbut oleh Belanda dan diubah menjadi nama Batavia.

Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa nama Jatinegara diambil karena pada zaman Belanda, wilayah ini merupakan hutan jati yang sangat rimbun. “Dinamakan Jatinegara karena dulu menurut kakek saya di sini ini penuh pohon Jati, kemudian dibuka oleh Mester (Cornelis)” ujar seorang warga Jatinegara, Sunarya, 50 tahun.

Walau perlawanan sering dilakukan, namun pasukan tentara Belanda yang semakin kuat membuat Pangeran Jayakarta tidak memiliki kesempatan untuk merebut kembali kota Jayakarta. “Dari Jatinegara, pangeran dan pangikutnya bergerilya membuat Batavia tidak pernah aman selama 80 tahun” tulis Sejarawan Betawi, Alwi Shahab.

Pangeran Jayakarta pun menetap di daerah ini dalam waktu yang lama. Lama kelamaan, keturunan Pengeran Jayakarta dan pengikutnya mulai beranak pinak di daerah ini hingga membentuk perkampungan keluarga bernama kampung Jatinegara Kaum.

Pada saat itu, daerah Jartinegara hanya dihuni oleh keturunan keluarga pangeran Jayakarta dan pengikutnya saja. Dalam perkembangan selanjutnya wilayah Jatinegara pun mulai meluas dan dihuni oleh warga di luar keturunan Pangeran Jayakarta.

Momentum perkembangan kota Jatinegara menjadi kota perdagangan terjadi pada tahun 1661, ketika seorang guru agama Kristen yang berasal dari Banda, Maluku, Meester Cornelis van Senen membeli sebidang tanah di Jatinegara yang berada di sekitar aliran sungai Ciliwung.

Tanah yang dimiliki oleh Cornelis van Senen lambat laun berkembang menjadi pemukiman dan pusat perdagangan yang ramai. Sosok Meester Cornelis yang terkenal sebagai guru agama membuat masyarakat pun seringkali menyebut wilayah ini dengan nama Meester Cornelis atau Mester.


Pada 6 April 1875 silam, sarana transportasi pendukung mulai dibangun di wilayah ini dengan diresmikannya jalur kereta yang menghubungkan Jatinegara dengan Jakarta Kota. Di tahun 1881, trem uap penghubung Kampung Melayu (Meester Cornelis) dengan Kota Intan (Batavia) pun mulai beroperasi.

Jatinegara juga menjadi salah satu kota yang dilewati jalur Anyer-panarukan yang dibangun Daendels untuk pengembangan perekonomian pulau Jawa. Pada abad ke-19, Meester Cornelis pun menjadi kota satelit Batavia yang terkemuka.

Sehingga 1 Januari 1936, pemerintah Belanda memasukkan wilayah Jatinegara ke dalam bagian kota Batavia.

Kisah panjang yang dimiliki Jatinegara masih terlihat dari sejumlah peninggalan sejarah yang tersisa. Diantaranya adalah masjid kuno dan makam Pangeran Jayakarta Wijayakrama yang terletak di Jalan Raya Jatinegara Kaum, di tepi timur sungai Sunter.

Komplek makam yang terdiri dari makam Pangeran Jayakarta dan keluarga pangeran yang terletak di sebelah barat daya masjid. Sedangkan, gedung bersejarah peninggalan Belanda adalah Gedung Wedana Meester Cornelis yang terletak depan Stasiun Jatinegara.

Di gedung bergaya Eropa inilah pemerintahan Jatinegara dipusatkan. Selain itu juga, bangunan ini digunakan untuk tempat tinggal Meester Cornelis.



Uitkijk, Menara Miring Kubu Batavia
Uitkijk menjadi pengawas benteng Batavia pada masa penjajahan Belanda.
Jika Italia memiliki menara miring Pisa di Roma, Indonesia juga memiliki menara miring Uitkijk di Jakarta. Lokasinya berada di Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Uitkijk, begitu Menara Syahbandar yang miring itu disebut dalam bahasa Belanda, dibangun 1839. Bangunan ini untuk mengganti tiang bendera lama pada galangan kapal di sebuah kawasan yang kini bernama Jalan Pakin.

Bicara soal Menara Syahbandar, maka tidak bisa lepas dari Bastian Culemborg. Bastian atau kubu pertahanan ini dibangun jauh lebih dulu, yaitu tahun 1645 dan merupakan bagian dari tembok Kota Batavia. Culemborg tak lain nama kota kelahiran Gubenrur Jenderal Van Diemen (1593-1645).

Kubu pertahanan ini berfungsi sebagai pengawas mulut pelabuhan. Dalam kubu inilah Uitkijk kemudian dibangun. Culemborg dibangun menghadap ke Kubu Parel (Pantai Mutiara) yang merupakan satu kubu dari Kastil Batavia.

Dari Uitkijk, kita masih dapat melihat atap genteng sisa Bastian Culemborg, kemudian bekas pondasi Vierkantburg, yaitu jalan protokol untu para tamu berpangkat tinggi juga terlihat.

Bekas Stadsherberg, penginapan, dan Kleine Boom, yaitu bangunan pabean, juga bisa terlihat. Termasuk tempat wisata di sekitar tahun 1950, Aquarium atau yang sekarang disebut Kampung Aquarium.

Di sebelah barat laut dari menara terdapat sekumpulan bangunan bekas gudang. Salah satunya adalah gedung bekas gudang dari tahun 1652 yang kini menjadi Museum Bahari.

Tembok Museum ini di masa lampau adalah batas tembok kota sebelah barat. Tembok ini memanjang ke gudang-gudang di belakang museum. Tapi, sisa tembok di belakang museum sudah bisa dikatakan sirna (lenyap).

Bangunan kayu bekas gudang di belakang museum juga terlantar, terendam air, sementara bangunan bekas gudang sezaman dan setipe dengan museum bahari menanti roboh.



Filosofi Jembatan Semanggi
Proses pembangunan Jembatan Semanggi tidaklah mudah. Presiden Soekarno banyak diprotes.
Jembatan Semanggi. Bangunan fisiknya berupa jalan layang yang melingkar-lingkar. Karena bentuknya mirip struktur daun lalapan, semanggi, maka kemudian meresap dan menjadi nama jembatan itu sendiri.

Pada perkembangannya, kawasan Jembatan Semanggi menjadi ciri khas Ibukota Jakarta. Jembatan ini menjadi semacam poros lalu lintas Ibukota Jakarta sekaligus sebagai simbol kemakmuran perekonomian.

Lokasi jembatan terkenal ini berada di kawasan Karet, Semanggi, Setia Budi. Pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Proses pembangunan Jembatan Semanggi tidaklah mudah. Presiden Soekarno tidak begitu saja mendapat restu dari rakyat. Sebab, pada waktu itu orang sudah mulai berpikir kritis terhadap ide-ide pembangunan fisik.

Pada masa itu, anggota masyarakat yang kritis terhadap kebijakan pemerintah menilai bahwa gagasan Bung Karno ini hanyalah proyek mubazir. Proyek yang hanya akan menghabiskan keuangan negara dan tidak ada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat.

Bung Karno tentu saja memahami apresiasi yang disampaikan masyarakat. Dia menampung semua protes itu. Bung Karno mengolahnya.

Tapi, bukan Bung Karno namanya kalau kemudian mundur oleh berbagai kritik. Dia tetap mantap pada pendirian, yakni merealisasikan pembangunan Jembatan Semanggi. Tahun 1961 proyek dimulai.

Waktu itu, Jembatan Semanggi hanyalah salah satu dari paket pembangunan fasilitas publik yang akan dibangun pemerintah. Proyek lain yang juga didirikan, antara lain Gelora Senayan (Gelora Bung Karno) dan Hotel Indonesia.

Mengenai nama Semanggi, Bung Karno punya cerita sendiri. Dalam satu kesempatan, dia pernah bicara filosofi tentang daun semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan, dalam bahasa Jawa dia menyebut “suh” atau pengikat sapu lidi. Tanpa “suh” sebatang lidi akan mudah patah.

Sebaliknya, gabungan lidi-lidi yang diikat dengan “suh” menjadi kokoh dan bermanfaat menjadi alat pembersih.

Itulah sejarah singkat Jembatan Semanggi yang kini tetap berdiri kokoh dan mengimbangi pesatnya pembangunan infrastruktur Ibukota Jakarta.

Bila menilik sejarahnya, pantas memang bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan kawasan Jembatan Semanggi sebagai tempat wisata bernilai sejarah.



Legenda Kampung Bandan
Menengok Kampung Budak di Batavia
Padahal di kampung ini ada cerita yang tersisa.
Mungkin tidak banyak orang mengenal Kampung Bandan. Mereka yang mengenal pun agaknya menginisiasikan kampung yang berada di wilayah utara Jakarta sebagai tempat kumuh.

Padahal di kampung ini ada cerita tersisa ketika Jakarta masih bernama Batavia.

Berdasarkan catatan buku sejarah, dijelaskan asal muasal mengapa kawasan ini disebut Kampung Bandan. Pertama, kampung yang berlokasi di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa ini diperkirakan berasal dari kata Banda, sebuah pulau di Maluku.

Ditengarai ada sekumpulan masyarakat Banda, di zaman Batavia yang menghuni kawasan ini. Penyebutan ini disebut lazim mengingat kasus lain punya kemiripan seperti penyebutan nama kampung China sebagai pecinan, atau nama tempat memungut pajak atau cukai (bea) disebut Pabean, dan Pekojan sebagai perkampungan orang Koja (Arab).

Banda juga bisa berasal dari kata Banda dalam bahasa Jawa berarti ikatan dibanda (diikat). Ini dihubungkan dengan peristiwa yang sering dilihat oleh warga pada zaman pendudukan Jepang.

Ketika itu Jepang sering membawa pemberontakan dengan tangan terikat melewati kampung ini untuk dieksekusi di Ancol.

Kemungkinan ketiga, yakni bahwa Banda merupakan pengucapan dari kata Pandan. Sebab di masa lalu kampung ini dipenuhi pohon pandan sehingga warga menyebut Kampung Pandan kemudian menjadi Kampung Bandan.

Apapun asal muasal nama tempat ini, yang pasti sejarah menyebutkan kampung ini merupakan penampungan budak dari Pulau Banda, Maluku, ketika JP Coen menaklukan pulau itu pada 1621.
Pembantain besar-besaran dilakukan Coen. Mereka yang selamat diboyong ke Batavia, dan budak-budak tadi memberontak melawan VOC di Marunda, Jakarta Utara.

Setelah periode perbudakan usai, para tawanan dipekerjakan di Pasar Ikan. Mengingat, kawasan kampung dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, yang otomatis dekat dengan Pasar Ikan.

Mereka tetap mendiami kampung tersebut, tumbuh berkembang dan beranak pinak. Di kawasan itu akhirnya dibangun pula jalur kereta api, yaitu ketika Pelabuhan Tanjungpriok (baru) dibangun.

Jalur kereta api itu untuk menghubungkan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Tanjung Priok.

Selain terdapat stasiun, di Kampung Bandan juga masih berdiri sebuah masjid tua yang dikenal dengan nama masjid Kampung Bandan. Dengan kondisi yang kumuh, tak sehat, kotor, dan berantakan, kawasan ini tetap layak menjadi tujuan wisata karena menyisakan stasiun dan masjid dari abad ke-19.

Kepala UPT Kota Tua, Chandrian mengatakan Kampung Bandan merupakan cagar budaya yang masuk dalam peta kawasan kota sesuai dengan peraturan Gubernur No 34 tahun 2006 adalah batas bagian timur yang masuk dalam program revitalisasi Kota Tua.

Dengan kondisi yang kumuh di Kampung Bandan seakan membawa kita kembali melihat perbudakan dan kaum marginal di era postmodern Batavia




Selasa, 25 Mei 2010

PENYEMBUH DARI DASAR SAMUDERA YANG SNAGAT AMPUH MENUMPAS PENYAKIT DALAM dan LUAR PADA TUBUH MANUSIA






Berawal dari kisah nyata yang diangkat ke serial televise bertajuk “Jewel in the palace”

Betapa masyglnya Jeng-Geun ketika Kaisar Jeung Ho jatuh sakit.

Ahli kuliner Istana itu segera mengolah Kuchiko, panganan berdasar teripang. Setelah rutin menyantap hidangan lezat tersebut berangsur, kesehatan Kaisar pulih.

Sejak jaman purba teripang stichopus hermani memang dikenal sebagai obat penyembuh. Digunakan sebagia obat luka ringan, sakit sendi, radang, asma, paru-paru, sakit sendi, tekanan darah tinmggi dan kencing manis.

Sebagai sumber protein teripang mempercepat penyembuhan luka dalam setelah pembedahan, bersalin normal atau Caesar.

Memperbaiki sel yang rusak

Teripang 86% mengandung protein dan dari sejumlah itu 80% merupakan kolagen. Tanpa kolagen tulang akn menjadi rapuh dan mudah pecah bak kaca. Sebaliknya jika tanpa kalsium tulang akan kenyal seperti karet.

Kandungan lain adalah mucopolusacharida (MPS) popular sebagai (GAGs) Dlm bentuk kondritin sulfat memulihkan penyakit-penyakit sendi dan membangun lagi tulang rawan.

JELLY GAMAT intinya mengandung ;

PROTEIN : -Mengandung asam amino esensial & non esensial yang merupakan oleh sel tubuh untuk

Pembentukan sel baru.

-membantu memperbaiki jaringan sel yang rusak

- berperan dalm pembentukan antibody

- berperan dalm pembentukan enzim dan hormone dalam tubuh

KOLAGEN : - Memperbaiki system pencernaan, menjaga lambung

-membantu pertumbuhan jaringan kulit, otot, dan tulang

-menghambat penuaan dini, mempercantik kulit

-meningkatkan imunitas tubuh

MUCOPOLYSACARIDA

-meningkatkan pergerakan tulang rawan pada persendian

-merangsang pembentukan cairan sendi/synovial dan meredakan linu

-menjaga keenceran darah

-membantu meredakan stress dan insomnia

CHONDROITIN & GLUKOSAMIN

-berperan dalam penumbuhan & perbaikan jaringan tulang rawan yang rusak

-membantu mengatasi masalah arthiris dan gangguan persendian

-mencegah inflamasi sendi

-anti osteoarthritis

OMEGA 3 - menurunkan kolesterol LDL dan menaikan HDL

-mengatur transmisi system impuls syaraf

-mengurangi kekentalan darah

-mengurangi resiko terkena serangan jantung

MINERAL Zat besi = membantu pembentukan sel darah merah

Zinc = berperan dal produksi insulin dan sperma

Magnesium =membantu kerja system syaraf dan fungsi jantung

Cromium =Meningkatakan kualitas fungsi insulin untuk menjaga kadar gula darah

Selenium = Antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh

BIO ACTIVE ELEMENT

-membantu regenerasi sel-sel baru dan mempercepat penyembuhan luka, seperti luka lambung

Dan Maag.

-holothurin yang bekerja seperti Antimicyn sebagai antisptik alamiah dan anti kanker



Mengenai Saya

Foto saya
karanganyar, 17 07 1973. cancer, sio kerbau.
Powered By Blogger

Pengikut